Book Review : Darkest Mercy (Wicked Lovely #5) – Melissa Marr

Posted on

The last book. And my favorite character is back. Keenan.
Perjalanannya belum membuahkan hasil, sementara ia tau semakin lama ia pergi, maka kemungkinan itu akan melemahkan kerajaannya. Namun, ia harus melakukan perjalanan ini, harus mendapatkan sesuatu. Karena, terserah apa yang dikatakan orang mengenai dirinya dan segala pengejarannya untuk mendapatkan ratunya, ia tetaplah seorang raja, ia tetaplah telah hidup cukup lama untuk tahu bahwa hal buruk semakin dekat. Bahwa gejolak akhirnya akan meletus. Ia tahu bagaimana kondisi kerajaannya, sekian abad dengan kekuatan terikat, kemudian raja dan ratu yang rupanya tidak benar-benar bisa bersatu seperti seharusnya, ia tahu kerajaannya perlu bantuan.
Donia tau ia harus memutuskan sikapnya. Perlu memutuskan mana yang merupakan prioritasnya. Dan yang ia tahu, sekarang ini kerajaannya adalah yang utama.
Kerajaan Kegelapan dalam masalah besar, Niall lebih dari sekedar tak stabil. Ia mempertaruhkan kelangsungan kerajaannya dengan kondisinya yang semakin buruk. Saat Bananach semakin kuat, ia bahkan tak bisa membedakan yang nyata dan yang tidak, teman atau musuh.
Ketidakstabilan menjadi salah satu inti utama (kalau bukan yang utama) dari buku ini, well, seluruh buku dari series ini sebenarnya. Baik dan buruk tidak pernah mutlak, yang diperlukan adalah keseimbangan, karena itulah yang membuat semua ini terjadi, semua ini bertahan. Hal tersebut terlihat jelas terutama di buku keempat dan kelima ini menurut saya. Ketika bahkan yang tak pernah berubah sekalipun bisa saja mengalami ini.
Lebih adiktif dari buku sebelumnya dan lebih terasa juga suspense-nya. Penokohannya terasa lebih kuat dan ada beberapa twist yang benar-benar tidak terduga. Walaupun, sepertinya series ini benar-benar bermasalah dengan akhir yang agak terlalu mudah. Meskipun ada sedikit twist diakhir, tapi yah, tetap sudah tertebak lah. Jadi, 3,5 dari 5 bintang.

Book Review : Radiant Shadow (Wicked Lovely #4) – Melissa Marr

Posted on

Ani. Setengah manusia. Setengah faery. Namun ia berbeda. Tak seperti halfling lainnya ia benar-benar perlu makan layaknya faery kegelapan, seperti ayahnya, seperti para hound.
Sorcha. Keputusannya menjadikan Seth faery ternyata mempunyai dampak yang sama sekali tak ia duga. Tak ia perkirakan. Serbuan emosi melandanya dan Ratu yang tak pernah berubah telah berubah. Ia mengirim Devlin untuk memeriksa Seth, mengawasinya, menjaganya. Dan Devlin-pun keluar dari Faerie. Namun, pertemuannya dengan Ani benar-benar merubah rencananya.
Ani adalah gadis yang ia pertahankan hidup karena Rae, gadis hantu yang selama ini ia sembunyikan dari Sorcha, yang entah mengapa dan bagaimana begitu ia sayangi, sampai ia merelakan dirinya untuk melindungi Rae, sang Dreamweaver yang selama ini juga masuk ke mimpi Ani.
Ani dan Rae. Dua gadis yang Devlin rela untuk melindungi mereka. Bahkan meskipun itu berarti ia harus melindungi mereka dari saudarinya sendiri. Kedua saudarinya.
Bananach menginginkan Ani untuk melakukan apa yang diyakininya akan memuluskan rencananya. Dan Devlin membawa Ani pergi. Perjalanan mereka membuat mereka mengetahui hal-hal yang selama ini tersimpan. Membuat mereka saling mengenal dan menyadari.
Saat Devlin dan Ani memutuskan untuk kembali dari perjalanan mereka, Bananach telah mengambil tindakan. Mau tak mau, mereka harus mengambil tindakan pula, sekalipun itu berarti akan menuntun ke hal yang lebih buruk.
Sementara di Faerie, Sorcha benar-benar tidak stabil, dan kondisinya membuat Faerie terancam hancur.
Menarik sebenarnya, sama seperti buku sebelumnya. Hanya saja beberapa bagian terasa benar-benar datar dan agak membosankan. Belum lagi, beberapa tindakan para tokohnya yang membuat saya harus berkata ‘Ya Tuhan‘. Dan akhirnya, mengingatkan saya seperti buku pertamanya, agak terlalu mudah. Walaupun, di saat-saat terbaiknya buku ini memang adiktif. Terutama karakter Devlin dengan segala sikapnya. Jadi, 3 dari 5 bintang.

Book Review : Rick Riordan – The Blood of Olympus (The Heroes of Olympus #5)

Posted on

The last book. And there is Nico’s POV!
Yes, Nico’s POV.
Dimulai dengan Jason, Piper, dan Annabeth yang harus mencari informasi diantara sekumpulan hantu. Dan semua berubah menjadi kacau saat Jason harus menghadapi apa yang selama ini ia hindari.
Tugas The Seven, yang sudah luar biasa sulit, semakin rumit. Banyak hal yang harus mereka ketahui, kumpulkan, dan pastikan untuk mencegah kebangkitan Gaea. Belum lagi para Dewa dan Dewi, dengan kepribadian mereka yang terpecah antara Yunani dan Romawi, benar-benar memperburuk keadaan.
Petunjuk yang mereka terima tidak serta merta membuat keadaan menjadi lebih baik. Dan Tartarus telah menunjukkan bagaimana besar dampak yang telah ia tinggalkan pada Annabeth dan Percy. Mereka tetap Percy dan Annabeth. Seaweed Brain dan Wise Girl, namun ada perubahan dalam diri mereka, yang mana mereka harus hadapi untuk bisa mengatasinya.
Kondisi yang tidak lebih baik juga harus dihadapi Nico, Reyna, dan Coach Hedge. Shadow travel melintasi bumi dengan membawa Athena Parthenon jelas bukan hal yang mudah. Dan Nico tau itu. Tau bahwa ia sedang membahayakan dirinya sendiri. Namun, ia harus melakukannya, karena ia tau nasib kedua perkemahan bergantung pada hal ini.
An oath to keep with final breath. Bagian ini jelas benar-benar menganggu The Seven. Ketika sebuah janji yang diucapkan, mereka teringat baris ini. Entah apakah Gaea akan terbangun atau tidak, mereka tau ramalan ini pasti berarti sesuatu.
Adiktif. Belum lagi Nico’s POV yang merupakan karakter favorit saya. Seperti biasa Rick Riordan berhasil memunculkan karakter-karakter yang kuat, dengan humornya yang khas dan suspense yang terasa dari awal sampai akhir. Meskipun bila dibandingkan dengan The Last Olympian (buku terakhir Percy Jackson and The Olympians, pendahulu seri ini), buku ini terasa tidak terlalu mengejutkan, terutama bagian bagaimana ramalan tersebut menjadi kenyataan. Di The Last Olympian ramalan tersebut menjadi kenyataan dengan cara yang benar-benar tidak saya duga, sedangkan di buku ini, saya rasa cukup banyak yang bisa menebak bagaimana ramalannya menjadi kenyataan. Dan peristiwa-peristiwa yang terjadi, walaupun menarik, hanya sebagian yang membuat saya benar-benar terkesan.
Tapi, tetap saja, perjuangan The Seven, rahasia Reyna, dan apakah Nico mampu membawa Athena Parthenon, benar-benar layak untuk dibaca, well 4,5 dari 5 bintang.

Book Review : Sebastian Fitzek-Therapy

Posted on

Josy, putri seorang psikiater terkenal, dr.Viktor Larenz, tiba-tiba menghilang saat berada di salah satu klinik di Berlin. Josy, yang baru berumur 12 tahun, selama hampir satu tahun belakangan ini terserang penyakit misterius. Tubuhnya begitu lemah, ia begitu mudah terserang berbagai penyakit. Orangtuanya sudah membawanya ke berbagai dokter, tapi tak ada satupun yang membuahkan hasil. Ayahnya, kemudian membawanya ke klinik Dr.Grohlke, tapi sayangnya di klinik dokter tersebutlah, Josy tiba-tiba menghilang.

Empat tahun kemudian, Viktor pergi ke sebuah pulau kecil di Laut Utara, yang bernama Parkum. Ia ingin mengerjakan wawancara dari sebuah majalah  mengenai hilangnya putrinya dan berharap itu akan mampu menyelesaikan permasalahannya. Viktor yang sudah menjual tempat prakteknya di Berlin dan memutuskan untuk tidak menerima pasien lagi, tiba-tiba didatangi seorang wanita bernama Anna Glass, seorang novelis yang entah bagaimana mengetahui keberadaan Viktor di Parkum. Ia mendesak Viktor untuk mau merawatnya, awalnya Viktor menolak, namun kemudian cerita-cerita Anna begitu menarik perhatiannya. Bukan hanya karena kasus Anna bukan kasus biasa, tapi juga karena Josy.

Ya, salah satu cerita Anna, entah bagaimana sangat mirip untuk menggambarkan apa yang terjadi pada Josy. Gadis kecil. Penyakit misterius. Pergi meninggalkan orangtuanya.

Viktor kemudian menghubungi detektif swasta yang disewanya untuk menyelidiki menghilangnya Josy, Kai Strathmann. Dan sekalipun Kai meragukan ada hubungan antara Anna dan Josy, karena banyaknya lubang dalam cerita Anna, namun detektif itu mengonfirmasi beberapa hal yang Anna ceritakan.

Viktor berusaha untuk membuat Anna bercerita lebih jauh, namun semakin lama Viktor menyadari ada hal yang misterius tentang Anna. Dan bahkan walikota Parkum sendiri, Halberstaedt, memperingatkan Viktor bahwa ada yang janggal dengan Anna, bahwa wanita itu berbahaya. Namun, petunjuk-petunjuk dari cerita Anna mengenai apa yang terjadi pada Josy membuat Viktor mengabaikannya.

Adiktif, menarik, tak bisa diprediksi. Cerita ini bukan hanya diplot dengan mengagumkan tapi juga memiliki karakter-karakter yang kuat dan benar-benar tak bisa diprediksi. Belum lagi suspense dari awal sampai akhir cerita. Apa yang sebenarnya terjadi pada Josy, siapa Anna, apa penjelasan di balik semua peristiwa janggal yang terjadi sangat layak untuk diikuti. Tapi sekalipun penuh suspense, jangan mengharapkan ada adegan action di novel ini. Well, kalau bagi saya 5 dari 5 bintang.

 

Miscommunication Caused Flag Error At Chinese GP

Posted on

Ben Sweeney's F1 Blog

Hamilton takes the chequered flag for the second time Hamilton takes the chequered flag for the second time

Germany’s Auto Motor und Sport has pinpointed the cause of the premature waving of the chequered flag at the Chinese Grand Prix last weekend, which reduced the race length from 56 laps to 54 laps. The rules dictate that once the chequered flag is shown, the race is over, which means that although the drivers continued to race the remaining laps, the final two laps do not count in the final standings.

Reportedly, local race director (each race has a local race director, who would preside over most races at the track, but is under the command of FIA race director Charlie Whiting during F1 races) Zhuang Tao radioed to Whiting to ask him if he should wave the white flag to signal the start of the penultimate lap. After Whiting replied, Zhuang radioed the flagman with the words “no flag…

View original post 69 more words

Red Bull’s Daniel Ricciardo disqualified from the results of the Australian GP

Posted on

Daniel Ricciardo has been denied a dream debut for Red Bull after being disqualified from the results of the Australian GP.

The Red Bull driver had finished in second place on the road but has been excluded from the race result for a breach of Article 5.1.4 of the Formula 1 Technical Regulations, which states that, ‘Fuel mass flow must not exceed 100kg/h’.

 

In a verdict delivered five hours after the end of the race, and just before midnight in Melbourne, stewards disqualified the 24-year-old Australian after ruling that his RB10 had ‘consistently exceeded the maximum fuel flow of 100kg per hour’.

 

Fuel flow is now limited as a result of this season’s technical shake-up, with cars starting with a fuel load of 100kg – about one-third less than last season – with electric power making up a much more power in the V6 turbo hybrids.

 

Speaking earlier in the week, the FIA’s Race Director Charlie Whiting stated that the governing body would come down hard on teams that go over the limit.

 

“All cars will be fitted with an FIA homologated fuel flow sensor. That won’t limit the flow, it will just monitor the flow. 100 kilos per hour is the maximum and I’m sure at most times they’ll be quite close to that whenever they can be,” he said.

 

“The other element is the amount of fuel cars use during the race, which is 100 kilos from when the lights go out at the start of the race to when they cross the finish line at the end of the race.

 

“The 100 kilos is a maximum, so if they go over they exceed the limit and there is no tolerance.”

 

As a result of Ricciardo’s exclusion, McLaren’s already strong Melbourne result has been strengthened with Kevin Magnussen promoted to second on his debut and Jenson Button moved up to third, giving the team a double-podium result in the first race of 2014 after failing to finish on the top three in the whole of 2013.

 

Magnussen’s second place represents the best result for a driver on their F1 debut since Jacques Villeneuve also finished runner-up at the Melbourne season-opener in 1996.

 

Ricciardo’s demise also promotes Sergio Perez into the points-paying positions in tenth, giving Force India their own double points finish.#

 

With Sebastian Vettel retiring early on Melbourne, Ricciardo’s disqualification also means Red Bull’s title defence begins with a rare scoreless race – their first since the 2012 Italian GP and just third since 2009.

 

Revised 2014 Australian GP top ten:
1. Nico Rosberg, Mercedes.
2. Kevin Magnussen, McLaren.
3. Jenson Button, McLaren.
4. Fernando Alonso, Ferrari.
5. Valtteri Bottas, Williams.
6. Nico Hulkenberg, Force India.
7. Kimi Raikkonen, Ferrari.
8. Jean-Eric Vergne, Toro Rosso.
9. Daniil Kvyat, Toro Rosso.
10. Sergio Perez, Force India.

Nico Rosberg Won Australian GP 2014

Posted on

Image

Nico Rosberg won the first race of F1 new era with  more than 24s gap. The German also set the fastest lap. Daniel Ricciardo got his first podium in F1 after finish second. The Aussie absolutely got loud cheers and applauses from the spectators. Kevin Magnussen performed impressively and complete the podium. It’s amazing how the rookie got the podium in his debut. Also, special credit for Daniil Kvyat who finish in P10, and be the youngest driver who score point, beat Sebastian Vettel record. Meanwile, bad luck for Sebastian Vettel and Lewis Hamilton who failed to finish the race due to engine problem. .

Full result of F1 GP Australia :

1. Nico Rosberg Germany Mercedes-Mercedes 57 laps 1hr 32m 58.710s
2. Daniel Ricciardo Australia Red Bull-Renault +00m 24.5s
3. Kevin Magnussen Denmark McLaren-Mercedes +00m 26.7s
4. Jenson Button Britain McLaren-Mercedes +00m 30.0s
5. Fernando Alonso Spain Ferrari-Ferrari +00m 35.2s
6. Valtteri Bottas Finland Williams-Mercedes +00m 47.6s
7. Nico Hulkenberg Germany Force India-Mercedes +00m 50.7s
8. Kimi Raikkonen Finland Ferrari-Ferrari +00m 57.6s
9. Jean-Eric Vergne France Toro Rosso-Renault +01m 00.4s
10. Daniil Kvyat Russia Toro Rosso-Renault +01m 03.5s

11. Sergio Perez Mexico Force India-Mercedes +01m 25.9s
12. Adrian Sutil Germany Sauber-Ferrari +1 lap
13. Esteban Gutierrez Mexico Sauber-Ferrari +1 lap
14. Max Chilton Briton Marussia-Ferrari +2 laps
15. Jules Bianchi France Marussia-Ferrari +8 laps

Rtd Romain Grosjean France Lotus-Renault 43 laps completed
Rtd Pastor Maldonado Venezuela Lotus-Renault 29 laps completed
Rtd Marcus Ericsson Sweden Caterham-Renault 27 laps completed
Rtd Sebastian Vettel Germany Red Bull-Renault 4 laps completed
Rtd Lewis Hamilton Britain Mercedes-Mercedes 3 laps completed
Rtd Felipe Massa Brazil Williams-Mercedes 0 laps completed
Rtd Kamui Kobayashi Japan Caterham-Renault 0 laps completed

Fastest lap:

Nico Rosberg Germany Mercedes-Mercedes 1m 32.478s lap 19

Image

Engine problem forced Sebastian Vettel out of the Australian GP

Posted on

Sebastian Vettel’s start of his title defence lasted just five laps before engine problems forced him to retire from the Australian Grand Prix.

The German had started in a disappointing 12th after a faulty sensor reading meant Renault gave him the wrong settings for Saturday’s qualifying session and he was therefore down on engine power.

Red Bull said those issues had been resolved overnight, but Vettel’s nightmare weekend continued in the race as he was swamped off the line and fell back through the pack before eventually retiring on lap five.

“By the second formation lap we had lost power and didn’t know why then I had no power for the start and everyone was passing me. We tried to recover as much as we could and at one point I thought there was a slight improvement, but then we realised that there was a bigger problem with the engine – it looked we lost a couple of cylinders – and when you don’t have the power from the engine, you can’t make the whole system function properly and you lose even more power and so we had to stop.”

The German is confident the issues can be resolved, but with just two weeks until the Malaysian GP, he is unsure how long it will take.

“No doubt we can fix the issues, the question is how soon,” Vettel added.

“We are working hard in Milton Keynes and at Renault, obviously we started on the back foot, but we have learnt this week an awful lot, but we have also seen that the car is quick.”

FIA legalises ‘donuts’ for F1 winners

Posted on

source: http://www.motorsport.com

Image

Feb.17 (GMM) Post-race celebratory ‘donuts’ have been legalised by F1’s governing body.

Sebastian Vettel was given an official reprimand by the FIA after crossing the line in India to become world champion for the fourth time last season.

“Are you serious?” Lewis Hamilton said when told of Vettel’s penalty. “That’s crazy!”

Red Bull team boss Christian Horner agreed that race stewards “need to be empowered to give a little more leniency in extraordinary circumstances”.

That is exactly what has happened.

As confirmed in the latest draft of the 2014 sporting regulations, race winners will from now on be exempt from having to drive straight to parc ferme.

Now, they are allowed to “perform an act of celebration” after crossing the finish line, provided the act is “performed safely” and “does not delay the podium ceremony”.

Book Review : Rick Riordan – The House of Hades (The Heroes of Olympus #4)

Posted on

The Doors of Death. Harus ditutup di kedua sisinya. Satu sisinya ada di dunia mortal, di Epirus. Dan sisi lainnya ada di Tartarus.

Annabeth dan Percy harus berjuang di tengah mengerikannya Tartarus, menemukan satu sisi The Doors of Death yang dijaga oleh lautan pasukan Gaea. Sementara Nico di Angelo, yang telah berjanji pada Percy, membawa yang lainnya melewati bahaya yang menghadang menuju sisi satunya di Epirus. Di sebuah tempat yang disebut The House of Hades.

Perjalanan mereka tidak hanya penuh rintangan, tapi juga bagaimana mereka harus sampai ke The Doors of Death pada waktu yang sama. Dalam perjalanannya, mereka mendapat bantuan-bantuan tak tertuga, namun meskipun begitu rintangan yang menghadang di depan mereka tetap begitu berat.

Annabeth dan Percy harus mencari cara bagaimana mereka bisa melewati kepungan monster-monster Gaea yang menjaga The Doors of Death.

Dan Hazel harus mencari tau bagaimana caranya menghadapi seseorang yang akan menunggu mereka di Epirus nanti. Seseorang yang harus ia kalahkan jika ingin membawa teman-temannya ke The Doors of Death. Seseorang yang harus ia kalahkan dengan kekuatan yang belum ia miliki, dan ia bahkan tak tau bagaimana cara mendapatkannya. Mereka juga harus mencari cara untuk melewati pasukan Gaea yang bisa dipastikan juga menjaga sisi The Doors of Death di dunia mortal. Mereka berhasil mendapat bantuan, bantuan yang seharusnya bisa dipimpin oleh Jason. Tapi, Jason sadar banyak hal sudah berubah dalam dirinya. Dan perubahan itu membuatnya ragu mampu memimpin bantuan tersebut.

Belum lagi masalah antara Perkemahan Jupiter dan Perkemahan Blasteran. Mereka harus mencari cara untuk menghentikan Perkemahan Jupiter menyerang Perkemahan Blasteran. Cara yang biasanya dicetuskan oleh Annabeth, namun Annabeth dan Percy sekarang terjebak di tengah kengerian Tartarus.

Diawali dengan 3 bintang, sempat menjadi 5 bintang, namun akhirnya kembali menjadi 4 bintang. Awalnya sempat terasa membosankan, mungkin karena peristiwa-peristiwa yang muncul sudah tidak begitu mengejutkan lagi. Agak stereotip. Namun makin lama peristiwa-peristiwa yang dimunculkan Rick Riordan kembali menemukan kemenarikannya. Kembali memikat dan adiktif. Sayangnya, akhir ceritanya agak terlalu mudah dan ya, too good to be true juga. But still, nice one. Can’t wait for the last book!